Sunday, May 9, 2010
Penentu Juara EPL 2009/2010 malam ini!
kesimpulannya:
Chelsea menang ManU menang - Chelsea menang
Chelsea seri ManU menang - ManU menang!
So, ManU tak boleh kalah! Chelsea tak boleh seri!
harapan teman? minta UMNO hancur lenyap dan semua ahli- penyokongnya mendapat hidayah Allah SWT kembali kepada Islam sebenar.. bukan Islam acuan sekular!
sunsnake 09052010
Orang Yang sama, tempat berbeza? Best!
Wakakakakaka!
Khas buat Pemuda UMNO itu...
"rumah aku punya la dekat dgn peti undi tu ko bole kata aku pengundi hantu. yg hantu tu ko la kut. aku bagi ko tempoh sampai esok utk buat permohonan MAAF secara rasmi di BLOG KOTOR ko ni.. atau aku akan ambil tindakan yg sewajarnya"
Begitulah marahnya pemuda UMNO bernama Mohd Shahfrizan Mohd Sharif atau Shahfrizan Sharif dalam facebook. Luahan ini ditulis di ruangan komen blog teman ini..
Sungguh indah ayat dan tutur katanya.. sesuai dengan parti asabiyah yang dianutinya itu.. s'esyuuaiii!!
Alhamdulillah.. kalau benar bukan dia yang menjadi Pengundi Hantu tu, baguslah..
Sebab ikut dakwaan dia, dia orang Bukit Sentosa!
Dalam post teman tuh, teman langsung tak kata dia ni pengundi hantu!
Teman kan bubuh tanda soal (?) tuh?
Dan teman nyatakan jugak gerak gerinya yang mencurigakan!
PRK Hulu Selangor (117) Pengundi hantu dikesan? (Bergambar)
Mana ada orang nak masuk dalam tempat mengundi berbisik-bisik dahulu?
Gayanya hari tu macam pemain simpanan diberi arahan oleh Pengurus sebelum masuk padang pulak!
Apa-pun, oleh kerana dia dah mendakwa dia bukan pengundi hantu..
teman atas nama keadilan Islam dan sesama muslim, minta maaflah sebab meletakkan gambo-gambo gerak geri beliau yang teman 'snap' sendiri hari tu.
ps: Permata kalau duduk dalam pecahan kaca, memang nampak sama..
so, kalau seseorang itu bukan hantu, tetapi duduk dalam kumpulan hantu!
memang orang lain akan syak semuanya hantu!
sunsnake 09052010
Bila Musibah Melanda
Allah s.w.t berfirman, mafhumnya,
“Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali. Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmatNya dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayatNya. (QS. al-Baqarah:155-157)
Di dalam musnad Imam Ahmad, Nabi s.a.w bersabda,
"Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah mengucapkan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, ya Allah berilah aku pahala dalam musibahku ini dan gantilah untukku dengan sesuatu yang lebih baik," kecuali Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan akan memberikan kepadanya ganti yang lebih baik." (HR. Ahmad 3/27)
Kita Milik Allah dan Kembali Kepada-Nya
Jika seorang hamba benar-benar menginsafi bahwa dirinya adalah milik Allah s.w.t. dan akan kembali kepada-Nya maka dia akan terhibur tatkala ditimpa musibah. Kalimat istirja' ini merupakan penyembuh dan penawar paling mujarab bagi orang yang sedang ditimpa musibah. Dia memberikan manfaat baik dalam waktu dekat maupun di waktu yang akan datang. Kalimat tersebut memuat dua prinsip yang sangat agung. Jika seseorang mampu merealisasikan dan memahami keduanya maka dia akan terhibur dalam setiap musibah yang menimpanya. Iaitu,
Pertama; Bahwasanya manusia, keluarga dan harta pada hakikatnya adalah milik Allah s.w.t. . Ianya bagi manusia tidak lebih hanya sebagai pinjaman, sehingga jika Allah s.w.t. mengambilnya dari seseorang maka ia ibarat seorang pemilik barang yang mengambilnya kembali dari si peminjam. Demikian juga manusia sebenarnya tidak mempunyai apa-apa , sebelumnya (ketika lahir) dia tidak memiliki apa-apa dan setelahnya (ketika mati) ia pun tidak memiliki apa-apa lagi.
Dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba tidak lebih hanya seperti barang pinjaman yang bersifat sementara. Seorang hamba juga bukanlah yang telah menjadikan dirinya memiliki sesuatu setelah sebelumnya tidak punya. Dan diapun bukanlah menjadi penjaga terhadap segala miliknya dari kebinasaan dan kelenyapan, dia tidak mampu untuk menjadikan miliknya tetap terus kekal bersamanya . Walau apapun usaha seorang hamba dia tidak akan mampu untuk menjadikan miliknya kekal abadi, juga tidak mampu menjadikan dirinya sebagai pemilik hakiki.
Dan juga seseorang itu hendaklah membelanjakan apa-apa yang dimilikinya berdasarkan perintah pemiliknya yang hakiki, memperhatikan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Dia membelanjakan bukan sebagai pemilik, kerana Allah-lah Sang Pemilik, maka tidak boleh baginya membelanjakan pinjaman itu kecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan kehendak Pemilik Yang Hakiki.
Kedua; Bahwa kesudahan dan tempat kembali seorang hamba adalah kepada Allah Pemilik yang Haq. Dan seseorang sudah pasti akan meninggalkan dunia ini lalu menghadap Allah s.w.t. sendiri-sendiri sebagaimana ketika mula-mula diciptakan, tidak memiliki harta, tidak membawa keluarga dan anak isteri. Akan tetapi manusia menghadap Allah dengan membawa amal kebaikan dan keburukan.
Jika awal mula dan kesudahan seorang hamba adalah demikian maka bagaimana dia akan berbangga-bangga dengan apa yang dia miliki atau berputus asa dari apa yang tidak dimilikinya. Maka memikirkan bagaimana awal dirinya dan bagaimana kesudahannya nanti adalah merupakan penawar paling mujarab untuk mengubati sakit dan kesedihan. Demikian juga dengan mengetahui secara yakin bahwa apa yang akan menimpanya pasti tidak akan sia-sia atau luput dan begitu juga sebaliknya.
Allah s.w.t. berfirman, mafhumnya,
Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di dalam Kitab (pengetahuan Kami) sebelum Kami menjadikannya; sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kamu diberitahu tentang itu) supaya kamu tidak bersedih hati akan apa yang telah luput daripada kamu dan tidak pula bergembira (secara sombong dan bangga) dengan apa yang diberikan kepada kamu dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri.
(QS. al-Hadid:22-23)
Ingat nikmat yang masih ada
Bandingkan besarnya musibah dan besanya nikmat yang telah diterima. Maka akan didapati bahwa Allah s.w.t masih memberikan nikmat seumpama musibah malah sebenarnya lebih banyak lagi. Dan jika seseorang bersabar dan redha maka Allah s.w.t. akan memberikan sesuatu yang lebih baik dan besar daripada apa yang hilang dalam musibah, bahkan mungkin dengan berlipat ganda. Dan jika Allah s.w.t. menghendaki maka akan menjadikan lebih dan lebih lagi dari yang ada.
Musibah Menimpa Semua Orang
Sedarlah bahawa musibah itu pasti dialami oleh semua orang. Lihatlah ke kanan, maka akan didapati di sana orang yang sedang diberi ujian, dan jika menengok ke kiri maka di sana ada orang yang sedang ditimpa kerugian dan malapetaka. Dan seorang yang berakal, sekiranya ingin memperhatikan sekelilingnya maka dia tidak akan mendapati kecuali di sana pasti ada ujian hidup, entah dengan hilangnya barang atau orang yang dicintai atau ditimpa sesuatu yang tidak disukai dalam hidup.
Kehidupan dunia tidak lain adalah ibarat kembangnya tidur atau bayang-bayang yang pasti lenyap. Jika dunia mampu membuat orang tersenyum sesaat maka dia mampu mendatangkan tangisan yang panjang. Jika ia membuat bahagia dalam sehari maka ia pun membuat duka sepanjang tahun. Kalau hari ini memberikan sedikit maka suatu saat akan menahan dalam waktu yang lama. Tidaklah suatu rumah dipenuhi dengan keceriaan kecuali suatu saat akan dipenuhi pula dengan duka.
Ibnu Mas'ud r.a berkata, "Pada setiap kegembiraan ada duka, dan tidak ada satu rumah pun yang penuh dengan kebahagiaan kecuali akan dipenuhi pula dengan kesedihan. Berkata pula Ibnu Sirin, "Tidak akan pernah ada senyuman yang berterusan , kecuali setelahnya pasti akan ada tangisan."
Hindun binti an-Nu'man berkata, "Kami melihat bahwa kami adalah termasuk orang yang paling mulia dan memiliki harta paling banyak, kemudian matahari belum sampai terbenam sehingga kami telah menjadi orang yang tidak punya apa-apa. Dan merupakan hak Allah s.w.t. bahwa tidaklah Dia memenuhi suatu rumah dengan kebahagiaan, kecuali akan mengisinya pula dengan kesedihan." Dan ketika seseorang bertanya tentang apa yang menimpanya maka dia mengatakan, "Kami pada suatu pagi, tidak mendapati seseorang pun di Arab kecuali berharap kepada kami, kemudian kami di petang harinya tidak mendapati mereka kecuali menaruh belas kasihan kepada kami."
Keluh Kesah Menambahkan Penderitaan
Sedarlah bahawa keluh kesah tidak akan dapat menghilangkan musibah. Bahkan hanya akan menambah serta melipatgandakan sakit dan penderitaan.
Musibah Terbesar Adalah Hilangnya Kesabaran
Ingatlah bahwa hilangnya kesabaran dan sikap berserah diri adalah lebih besar dan lebih berbahaya daripada musibah itu sendiri. Kerana hilangnya kesabaran akan menyebabkan hilangnya keutamaan berupa kesejahteraan, rahmat dan hidayah yang Allah s.w.t. kumpulkan tiga hal itu dalam sikap sabar dan istirja' (mengembalikan urusan kepada Allah).
Sumber asal : “Ilaj harril musibah wa huzniha,” Imam Ibnul Qayyim (KM)
Mencari Keberkatan Dalam Bekerja
Marilah kita sama-sama mempertingkatkan ketakwaan kepada Allah s.w.t, kerana ketakwaanlah yang menjamin
kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan ketika hidup di dunia dan di akhirat.
Sebagai seorang muslim, kita telah digesa untuk melakukan kerja dan mencari kelebihan kurniaan allah s.w.t dimuka
bumi ini dengan bersungguh-sungguh bagi menampung segala keperluan hidup. Kita ditegah untuk mengharapkan
datangnya rezeki tanpa usaha dan ikhtiar dan hanya semata-mata menyerahkan urusan rezeki atas kurniaan allah s.w.t,
sesungguhnya itu adalah bertentang dengan konsep Ahlul sunnah waljamaah, iaitu perlu ada usaha dan ikhtiar dalam
mendapat sesuatu kurniaan allah s.w.t. Gesaan untuk bekerja ini juga telah dijelaskan dalam banyak ayat allah s.w.t
antaranya :
"Dan
(berbagai jalan) penghidupan (supaya kamu bersyukur,tetapi) amatlah sedikit kamu bersyukur".
(Surah Al-A'raaf,Ayat 10)
"Dan kami telah menjadikan
(Surah Al-Anbiyaa', Ayat 11)
Perkara penting dalam memahami kon
cabang ibadat yang jika dilakukan mengikut cara dan bertepatan dengan kehendak syariat, maka ia dinilai sebagai
ibadat. Hasil pendapatannya juga akan menjadi hahlal dan akan diberi ganjaran oleh allah s.w.t. Sebaliknya, jika berlaku
perkara yang berlawanan, maka ia tergolong daripada kerja-kerja yang dilarang dan sudah pasti pendapatannya juga
akan menjadi haram atau termasuk dalam kategori subahat (kesamaran/keraguan).
Matlamat
beribadat kepada allah s.w.t . Apabila kita menjadikan sedemikian, sudah pasti kerja yang kita lakukan akan cemerlang
dan terpelihara daripada perbuatan yang tidak diredhai allah s.w.t. Ini termasuklah perbuatan
menyeleweng,menipu,menyalah guna kuasa,rasuah dan seumpamanya yang menjadi punca kepada kerja yang kita
laksanakan tidak mendatangkan hasil yang cemerlang dan sudah pasti tiada keberkatan dalam kerja tersebut. Ini telah
dijelaskan dalam sebuah hadis nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh saidatina aisyah r.a :
"Se
Hakikat kerja yang kita lakukan adalah berkaitan dengan pendapatan atau gaji. Dari pendapatan inilah kita gunakan
untuk menyara ahli keluarga dan menampung segala kuasa kehidupan yang lain. Islam amat menitikberatkan soal
pendapatan. Ini kerana ia melibatkan soal makanan harian kita. Mahukah kita jika kehidupan kita sentiasa dilingkari
dengan pendapatan yang haram atau subahat?. Pastinya kita tidak mahu. Rasulullah s.a.w telah mengingatkan kita
berkenaan hasil yang kita perolehi dengan sabdanya :
"Setiap daging yang tumbuh dari bahan makanan yang haram maka api nerakalah yang lebih layak baginya".
(Riwayat At-Tarmizi)
Peringatan ini
orang islam.Kita perlu menyedari betapa islam amat menjaga soal pendapatan dan hasil kerja yang kita lakukan setiap
hari.
Dewa
bentuk perniagaan yang dijalankan, termasuklah perniagaan melalui internet dan sebagainya.
Diantara perkara a
yang halal, berkat dan bertepatan dengan kehendak syarak, ianya dijelaskan seperti butiran berikut :
Pertama : Niat untuk melakukan kerja itu me
Bila kita ingin memulakan
diri dalam perniagaan tersebut?. Adakah kerana cita-cita yang tinggi untuk menjadi kaya dan beriman kepada allah atau
sebaliknya?.Adakah kita berniaga semata-mata untuk menyayangi rakan kita yang telah mencapai kejayaan dan hidup
mewah?. Adakah kita berniaga lantaran kerana terpengaruh dengan ajakan rakan-rakan walau pun tanpa ilmu
perniagaan dan kemahiran dalam bidang tersebut?. Sebenarnya banyak persoalan niat ini yang boleh dipersoalkan.
Maka sebagai orang yang ingin memulakan perniagaan,perlu bertanya apakah tujuan ia berniaga?. Rasulullah s.a.w
telah mengingatkan umatnya dengan bersabda :
"Se
Kedua : Kerjaya yang diceburi me
Perkara yang menjadi
perkara yang melibatkan unsur perjudian, barang yang memabukkan,penyeludupan dan perkara-perkara yang
bertentangan dengan hukum adalah tidak diredhai allah dan haram disisi syarak. Oleh yang demikian perkara tersebut
perlu dielakkan dan dijauhi.
Ketiga : Pelaksanaan kerja tersebut mestilah betul.
Syarat ini adalah melibatkan cara kerja yang kita buat.Walaupun kerja atau perniagaan yang kita ceburi itu adalah yang
halal dan sah, namun jika pelaksanaannya tidak betul, sudah pasti hasilnya tidak sah seperti adanya unsur-unsur
penipuan dalam pengurusan,unsur riba', perjudian dan seumpamanya. Semua perkara ini termasuk dalam erti kata
pelaksanaan yang tidak betul dan tidak telus.
Keempat : Tidak meninggalkan perkara asas yang diterima syariat dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
Kerja yang berkat dan
s.w.t. Setiap pekerjaan yang dilakukan janganlah mengabaikan ibadat asas seperti solat, jika solat diabaikan, maka
dengan mudah seseorang itu memandang remeh tentang hak-hak pengeluaran zakat dan pembiayaan sedekah kepada
yang sepatutnya, hilangnya maruah dan harga diri dalam soal menjaga aurat,berbagai bentuk pendustaan lagi dan
seumpamanya sehingga menjadikan kerja tersebut tiada keberkatan. Seseorang yang melakukan kerja, tetapi
meninggalkan solat tidaklah dianggap kerjanya diterima sebagai ibadat. Sebaliknya orang yang bekerja dan berniaga
mengikut syariat dengan melakukan kelima-lima syarat tersebut dianggap telah bertakwa, beribadat dan mengabadikan
diri kepada allah s.w.t. Rasulullah s.a.w berpesan dengan sabdanya :
"Sebaik-baik pekerjaan itu ialah u
(Riwayat Ahmad)
Sifat jujur dan ikhlas perlu diutamakan dalam melaksanakan tugas sebagai pekerja. Kejujuran dan keikhlsan ialah
membuat sesuatu kebaikan semata-mata kerana kebaikan itu sendiri dan tidak mengharapkan balasan selain keredhaan
allah s.w.t. Perlu diingat bahawa setiap tindakan kita, pasti tidak lari daripada pengawasan allah s.w.t.
"Dan katakanlah (wahai muhammad): "beramallah kamu akan
Source: http://www.jais.gov.my - Jabatan Agama Islam Selangor Powered by Mambo Generated:25 August, 2007, 00:37